Jumat, 11 Juli 2014

Unilever Dukung Petani Sawit Bersertifikat RSPO

Asosiasi Petani Sawit Swadaya Amanah yang beranggotakan sekitar 350 petani, menjadi cerita sukses dalam mendorong budi daya perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan. Tiga bulan setelah asosiasi yang berlokasi di Kabupaten Ukui, Riau ini memperoleh sertifikat RSPO untuk pengelolaan sawit lestari, Amanah berhasil mengikat komitmen dari Unilever. Perusahaan multinasional ini, menghormati pencapaian tersebut, dengan membeli sertifikat GreenPalm Amanah. Pembelian tersebut memungkinkan para petani swadaya untuk terus menerapkan praktik berkelanjutan mereka dan memberikan dampak positif bagi lingkungan, ekonomi dan sosial. Asosiasi Amanah sendiri merupakan kelompok petani sawit swadaya pertama di Indonesia, dan kedua di dunia yang berhasil memperoleh sertifikasi RSPO. Selama proses fasilitasi yang dilakukan oleh WWF-Indonesia, dukungan untuk Amanah terus berdatangan dari Kementerian Pertanian, Pemerintah tingkat provinsi dan kabupaten di Riau, RSPO, Asian Agri dan Carrefour Foundation International. "Setelah berhasil memperoleh sertifikat, tantangan berikutnya adalah untuk mengamankan dukungan pasar untuk produk mereka," jelas Dr. Efransjah, CEO WWF-Indonesia dalam keterangan tertulis yang diterima Beritasatu.com di Jakarta, Rabu (13/11). Lebih lanjut Efransjah menyatakan, pihaknya mengapresiasi komitmen Unilever untuk mendukung petani sawit swadaya pertama di Indonesia yang memperoleh sertifikasi RSPO. Dukungan tersebut, kata dia, akan membantu para petani lokal dalam menjaga kinerja mereka, sesuai dengan standar pengelolaan kelapa sawit swadaya serta menginvestasikannya untuk peningkatan keahlian dan kapasitas mereka. "Kami mengharapkan, hal ini dapat menjadi motivasi bagi petani swadaya lain dalam mengarusutamakan prinsip kelestarian dalam praktik mereka. Pada saat bersamaan, kami juga berharap agar perusahaan mau berkomitmen untuk mendukung kelompok petani swadaya yang bersertifikat RSPO dalam pertumbuhan mereka," tambah Efransjah. Dalam kesempatan yang sama, Direktur Sustainable Sourcing and Smallholder Development Unilever Cherie Tan, ikut memberikan dukungan bagi kalangan petani. Menurutnya, hasil positif yang diperoleh dari kerjasama dengan petani swadaya, RSPO, dan WWF menjadi bukti bahwa pola kemitraan adalah langkah yang paling tepat dalam mentranformasi industri sawit, menghentikan deforestasi, dan memberikan dampak sosial yang positif bagi pemilik perkebunan dan masyarakat lokal. "Kami berterimakasih untuk peranan WWF dan pihak lain yang terlibat dalam membantu petani swadaya untuk memperoleh sertifikat RSPO mereka," tambah Cherie. Unilever, kata dia, merupakan salah satu dari perusahaan yang memperoleh nilai tertinggi dalam Palm Oil Scorecard 2013 yang dikeluarkan oleh WWF baru-baru ini. Laporan dua tahunan ini, lanjutnya, mengukur performa perusahaan ritel dan produsen barang konsumsi terkait komitmen mereka untuk mendukung dan membeli produk minyak sawit bersertifikat RSPO http://cintaperkebunan.blogspot.com

Kamis, 10 Juli 2014

PTPN III Santuni 103 Anak Yatim

Bulan Ramadhan yang tinggal beberapa hari lagi, sembari memperingati Isra' Mi'raj Nabi Besar Muhammad SAW PT. Perkebunan Nusantara III menyerahkan sejumlah bantuan kepada 103 anak yatim/yatim piatu yang berasal dari Lingkungan PTPN III , bertempat di Masjid Nurul Hikmah Kantor Direksi PTPN III, Bagas Angkasa, Direktur Utama, Nurhidayat, Direktur Pemasaran dan Perencanaan Pengembangan, Harianto, Direktur SDM dan Umum, Erwan Pelawi, Direktur Keuangan dan Tengku Syahmi Johan, Direktur Produksi PTPN III beserta Jaya Bakti, Kepala Bagian Umum, menyerahkan santuan secara langsung kepada anak-anak yatim/yatim piatu. Direksi berharap semoga apa yang diberikan ini bisa menyenangkan hati mereka dan sedikit bermanfaat. Acara diawali dengan lantunan lagu religius yang dibawakan oleh Ibu-Ibu IKBI PTPN III dengan diiringi Nasyid Syahara IKBI PTPN III dibawah pimpinan Dyah Bagas Angkasa. Nurhidayat, Direktur Pemasaran dan Perencanaan Pengembangan mewakili Direksi berharap keridhoan, bimbingan dan petunjuk dari Allah SWT. Ia mengatakan bahwa Isra' Mi'raj merupkana pelajaran penting bagi umat Islam dan Allah akan senantiasa hadir memperteguh keyakinan dan semangat juang bagi siapapun yang bekerja keras dijalan Allah SWT. Nurhidayat mengajak hadirin untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari peristiwa Isra' Mi'raj, dengan demikian saya yakin kita akan mampu membawa perusahaan ini ke arah lebih baik dan mencapai sasaran yang ditetapkan sehingga pada gilirannya dapat bermanfaat dan menambah kesejahteraan bagi kita, keluarga dan masyarakat, katanya. Dalam kesempatan ini juga kami atas nama perusahaan mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa 1435 H, mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam menjalankan tugas manajemen perusahaan. Lebih lanjut Ustaz Abidin Azhar Lubis yang memberikan siraman rohani dalam acara tersebut usai sholat Ashar mengingatkan seluruh hadirin bahwa hakekat Isra' dan Mi'raj adalah agar mengarah ke lebih baik lagi, baik dalam beriman maupun dalam mengerjakan perintah- perintah Allah SWT terutama sholat untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat nantinya, marilah kita berdoa agar kita semua diberikan panjang umur hingga sampai di Ramadhan yang akan datang, sehat lahir dan batin

Pemanfaatan Bungkil inti sawit menjadi penghambat bakteri patogen

Peneliti Institut Pertanian Bogor memanfaatkan bungkil inti sawit yang kaya akan kandungan karbohidrat mannan sebagai bahan aditif untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen dalam saluran pencernaan khususnya Salmonelladan E.colli. "Ternyata serat kasar dari bungkil inti sawit mengandung karbohidrat mannan yang tinggi. Mannan dapat digunakan sebagai bahan aditif menghambat pertumbuhan bakteri patogen dalam saluran pencernaan," kata Prof Dr Ir Nahrowi, M.Sc, salah satu peneliti produk samping sawit dari IPB di Bogor, Sabtu. Prof Nahrowi menyebutkan latar belakang penelitian yang dilakukan sejumlah peneliti IPB tersebut adalah karena Indonesia merupakan produsen terbesar minyak sawit di dunia. Tingginya angka produksi minyak sawit di Indonesia dibarengi dengan tingginya angka hasil samping sawit yang dihasilkan. Sejumlah peneliti IPB yang terdiri dari Prof Dr Ir Nahrowi, M.Sc, Dr Ir Komang. G. Wiryawan, Ph.D, Kamaluddin Zarkasie, Drh. Kamaluddin Zarkasie, PhD, Dr. Ir. Maruf Tafsin, M.Si, Yanto, dan Syahruddin, M.Si melakukan pemanfaatan hasil samping sawit tersebut. "Awalnya dari penelitian ini, kami melihat bungkit sawit (BIS) yang merupakan hasil samping dari proses pengolahan minyak inti sawit jumlahnya sangat banya. Pemanfaat bungkil inti sawit untuk makanan ternak unggas (broiler dan layer) masih sangat minim," ujar Prof Nahrowo. Menurut Prof Nahrowi, kebanyakan bungkil inti sawit banyak diekspor dari pada dipakai di dalam negeri. Padahal hasil samping sawit tersebut kaya akan konstrain yang bisa dimanfaatkan. Beberapa kontrain yang ada pada bungkil inti sawit diantaranya, kadungan serat yang tinggi dan kandungan protein kasar yang rendah yakni sekitar 16 hingga 18 persen. Tim peneliti IPB melihat konstrain-konstrain yang ada di dalam bungkil inti sawit bukan sebagai faktor pembatas tetapi sesuatu yang bisa diambil manfaatnya. Inovasi proses pengolahan bungkil inti sawit dengan kombinasi proses mekanik dan kimia tersebut dapat menghasilkan dua produk sekaligus. "Kalau kita bisa mengisolasi mannan dari bungkil inti sawit maka kandungan proteinnya semakin meningkat. Dari inovasi tersebut dapat menghasilkan dua produk yakni karbohidrat mannan dan konsentrat protein," ujarnya. Kedua produk ini lanjut Prof Nahrowi, memiliki kelebihan diantaranya produk serupa yang di dapat dari sumber lain. Pada produk mannan, Amerika memproduksi mannan dari ragi yang memerlukan industri fermentasi tempat mengkuluturkan ragi tersebut. Sementara, di Indonesia hanya menggunakan hasil samping sawit yang kaya mannan sehingga tidak perlu lagi kultur dan industri tersebut. "Kelebihan kita dalam memproduksi mannan di banding Amerika adalah lebih ekonomis dalam menghasilkan mannan ketimbang dari ragi. Dan, nilai manfaatnya tidak kalah dari ragi," ujar Prof Nahrowi. Sedangkan untuk produk konsentrat protein, lanjut Prof Nahrowi, nilai kecernaan dari konsentrat protein bungkil inti sawit lebih baik dari sumber protein yang lain karena dihasilkan dari protein yang larut dalam air. Walaupun, secara alami kandungan asam amino bungkil inti sawit kalah dari komposisi asam amino dari bungkil kedelai tetapi dapat dilakukan fortifikasi supaya kandungan asam amino di konsentrat protein sawit sebanding dengan kedelai. Lebih lanjut Prof Nahrowi menjelaskan, produk konsentrat protein bungkil inti sawit memiliki kandungan protein kasar hingga 44 persen menyerupai bungkil kedelai, sehingga dapat dijadikan alternatif bungkil kedelai. Sedangkan produk mannan bungkil inti sawit bersifat menghambat pertumbuhan bakteri patogen, sehingga dapat digunakan sebagai antibiotik alternatif. Prof Nahrowi menambahkan, produk inovasi yang dihasilkan tim peneliti IPB tersebut telah memperoleh anugrah "105 Inovasi Indonesia" dari Kementerian Riset dan Teknologi, dan Business Innovation Center (BIC) karena memiliki beberapa keunggulan lainnya di antaranya ketersediaan pasokan bungkil inti sawit yang terjamin, kualitas produk tergolong baik dan bisa menggantikan produk sejnis lainnya. "Keunggulan lainnya, produk sejenis lainnya, mengurangi ketergantungan impor pakan aditif. Sehingga produk ini cocok diaplikasikan di industri yang bergerak di bidang pakan dan obat-obatan," ujar Prof Nahrowi.