Selasa, 21 Oktober 2014

Holding BUMN Perkebunan Satukan 14 PTPN

3 October 2014 Pasca ditandatanganinya Peraturan Pemerintah (PP) Pembentukan Holding BUMN pada 18 September 2014 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Holding BUMN Perkebunan secara otomatis sudah mulai sejak PP diterbitkan. Terbitnya PP tersebut merupakan tonggak holding. Itulah yang disampaikan Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Industri Strategis, Muhammad Zamkhani dalam laporannya pada acara Penandatanganan Akta Pengalihan Saham Negara Ri dan Launching Pembentukan Holding BUMN Perkebunan dan Kehutanan, 2 Oktober 2014 di halaman Kantor Direksi PTPN XI. “Terbitnya PP ini merupakan terminal, belum tujuan karena tujuannya adalah majunya perkebunan dan kehutanan kita,” kata Zamkhani. Dengan terbentuknya Holding BUMN Perkebunan ini, sambung Zamkhani, 14 PTPN dari berbagai ragam jenis usaha perkebunan akan berada dalam satu induk, yaitu PTPN III. Penandatanganan akta pengalihan ini merupakan awal dari BUMN Holding yang merupakan kerja keras dari para pemangku kebijakan. “Dengan terciptanya Holding BUMN Perkebunan ini, seluruh BUMN dan anak perusahaan harus lebih solid bukannya seperti saat ini yang masih berjalan sendiri-sendiri,” paparnya. Menurut data Kementerian BUMN, total asset keempat belas PTPN tersebut pada tahun 2013 mencapai Rp 65,22 triliun, naik dari tahun 2012 sekitar Rp 61,07 triliun. Total penjualan pada tahun 2014 diperkirakan mencapai Rp 77,59 triliun, dengan laba bersih yang ditargetkan sekitar Rp 4,06 triliun. Adapun belanja modal (capital expenditure/capex) seluruh PTPN tersebut pada 2014 mencapai sekitar Rp 11,51 triliun, lebih rendah dari tahun sebelumnya Rp16,34 triliun.

2 komentar:

  1. Jurus penyelamatan cashflow BUMN perkebunan dalam krisis yaitu harus merubah sikap terhadap : 1) strategy investment, 2) Strategy contract marketing, 3)hilirisasi/ downstream. Para investor asing sangat antusias terhadap bahan baku hasil perkebunan indonesia yg akan dipasok keindustri hilir/ pabrik di negara nya. Misalnya baru2 ini ada kunjungan pak Jokowi kedubai, para investor dubai sd saat ini masih menunggu tentang realisasi utk bisa masuk investasi ke indonesia, namun disayangkan para petinggi/ direksi BUMN perkebunan masih santai2 saja tidak mau jemput bola shg ada beberapa PTPN yg saat ini kesulitan cashflow. Untuk memperbaiki cashflow perlu dilakukan action Hilirisasi/ downstream hasil perkebunan misalnya: sawit sbg produk turunan CPO- minyak goreng- mentega- biodiesel dsb. Karet dibuat ban kendaraan dsb, teh, kopi, gula, coklat, dan lainnya. Menurut sujasmir hamid dari managing natural industry brunei darusssalam yaitu Saatnya berbenah dan menjadi direksi yg memiliki integritas tinggi dan mumpuni dalam bisnis shg PTPN memiliki daya saing dan positif cashflow serta dapat berkontribusi dalam pembangunan ekonomi indonesia.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus